Isnin, 22 November 2010
Masih ramai lagi orang yang tak tahu tentang Obama nie. Kali nie aku nak kongsikan sikit tentang Barrack Obama, Presiden US.
TRAGEDI berdarah yang terjadi di kapal armada kebebasan Mavi Marmara di perairan internasional beberapa waktu kemarin telah membuat publik internasional mengeluarkan berbagai macam kecaman dan protes terhadap Israel. Namun sekarang kecaman itu tidak hanya ditujukan kepada Israel saja, melainkan juga kepada Amerika Serikat. Obama dinilai tidak dapat berbuat banyak untuk dapat menyelesaikan konflik tersebut. Ia kelihatan lemah sekali terhadap Israel.
Mungkin publik internasional masih ingat dengan pidato Barack Obama di Universitas Kairo setahun yang lalu ketika melawat ke Mesir. Ia berjanji akan memperbaiki hubungan Amerika Serikat dengan Islam, dan akan berusaha menyelesaikan konflik Timur Tengah. Pidatonya sungguh mempesona, hingga akhirnya banyak yang percaya akan janji itu. Setelah pidato Obama tersebut, di Mesir sendiri banyak orang yang mengagungkan sosok Obama, salah satunya dengan dijualnya berbagai kaos bertuliskan Barack Husein Obama.
Namun sekarang tidak sedikit masyarakat Mesir dan Timur Tengah lainnya yang kecewa dengan Obama. Media terbesar ketiga di Amerika Serikat, McClatchy telah memberitakan banyak umat muslim yang kecewa dengan kebijakan internasional Amerika Serikat yang kembali seperti semula, tidak jauh berbeda dengan kebijakan Bush dulu. Diskriminasi terhadap umat Islam di Barat tetap ada, konflik Afhganistan terus berlanjut, perbaikan Irak tidak kunjung selesai, dan terakhir konflik Israel-Palestina juga tidak ada kesudahannya.
Sekarang kasus terbaru yang sekiranya sudah dapat menjadi cambuk bagi Amerika untuk menunjukkan sikap tegasnya terhadap Israel, juga tidak dapat dimanfaatkan Obama. Obama terkesan tunduk manut kepada Israel. Ia sepertinya lupa akan janji-janji manisnya dulu ketika baru diangkat menjadi Presiden, atau dalam kampanye-kampanyenya dulu.
Hassan Nafaa, profesor ilmu politik di Universitas Kairo mengatakan, “Pidatonya di Universitas Kairo sangat indah dan mengangkat harapan bahwa Amerika berada di jalur nyata untuk perubahan kebijakan. Tapi pada tataran praktik, Obama menunjukkan bahwa ia lebih lemah dari yang tampak dalam sambutannya.”
Sekarang coba kita mereview sebentar bagaimana harapan besar dari dunia internasional kepada Omaba akan sebuah perubahan. Masih terngiang-ngiang sekali di telinga kita peristiwa kebiadaban Zionis Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza. Serangan brutal selama lebih dari tiga pekan itu sudah membuat bumi Gaza seperti kota mati. Menewaskan ribuan jiwa. Belum lagi penderitaan rakyat Palestina yang sangat berat setelah perang. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai tempat tinggal lagi, terpisah dari keluarga, menderita cacat, kesulitan air bersih dan listrik, dan penderitaan lainnya.
Beberapa saat sebelum pecahnya agresi Israel ke Palestina pada tanggal 27 Desember 2008, terjadi juga kejadian yang menghebohkan seluruh penduduk dunia, yaitu krisis finansial Amerika Serikat yang sampai sekarang dampaknya masih sangat terasa. Banyak orang beranggapan bahwa krisis finansial Amerika berarti juga krisis finansial dunia. Dan terbukti, banyak negara yang terkena imbasnya, termasuk Indonesia.
Dua peristiwa besar inilah yang mewarnai akhir tahun 2008 yang lalu. Dua peristiwa itu kalau kita amati dan pikirkan dengan akal sehat, sangat bertolak-belakang. Di satu sisi terjadi krisis finansial Amerika yang begitu dahsyat. Di sisi lain terjadi pembuangan uang besar-besaran untuk anggaran perang. Sementara itu sudah menjadi rahasia umum bahwa Amerika adalah negara yang paling nomor satu berada di belakang Israel dan mendukung setiap tindakan Israel. Mungkin ini bisa menjadi catatan kritis awal kita terhadap dua peristiwa besar yang terjadi hampir bersamaan ini.
Tapi di tengah dua peristiwa besar ini, masyarakat dunia tidak lantas berputus asa dan pesimistis. Karena telah muncul seorang tokoh atau mungkin figur yang dianggap dapat menyelesaikannya, yaitu presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama. Saat awal-awal kampanye politik menjelang pemilihan Presiden Amerika Serikat, banyak kalangan yang menilai bahwa sosok inilah yang dapat dipercaya untuk membuat suatu perubahan dan perbaikan pada krisis finansial Amerika. Dan saat-saat menjelang pelantikannya sebagai Presiden Amerika, tidak sedikit orang juga yang berpendapat dan menaruh harapan kepada Obama untuk dapat menyelesaikan krisis Timur Tengah yang berkepanjangan.
Tak hanya itu, sosok Obama bahkan sudah banyak sekali menjadi inspirasi dan bahkan motivasi bagi masyarakat di berbagai penjuru dunia. Karena dengan terpilihnya ia sebagai presiden Amerika kulit hitam pertama, maka dianggap ia sudah dapat menjadikan hal sebelumnya tidak mungkin menjadi mungkin. Maka tak ayal juga jika akhirnya orang banyak yang memuja-muji sosok yang satu ini. Bak seorang pahlawan di akhir zaman. Terlebih lagi bagi sebagian masyarakat Indonesia yang merasa bangga dengan Obama, yang hanya dikarenakan ia pernah tinggal dan bersekolah di Menteng, Jakarta.
Maka sebenarnya kejadian ini semua, menurut hemat penulis hanyalah tipu muslihat Yahudi untuk menguasai dunia dan khususnya untuk menghancurkan umat Islam. Dengan kata lain, kejadian yang telah disebutkan di atas tadi adalah rekayasa kaum Yahudi belaka. Ini sangat mungkin sekali dilakukan oleh Yahudi, karena ia akan menempuh berbagai cara untuk melumpuhkan rival abadinya, Islam. Walaupun harus dengan dana yang sangat besar dan kebohongan yang sangat rapi.
Contoh lain yang dapat menguatkan pendapat ini adalah kejadian WTC beberapa tahun silam. Sudah banyak bukti yang mengatakan bahwa kejadian itu hanyalah rekayasa belaka. Dengan rekayasa Yahudi yang rela menghancurkan gedung pencakar langit yang megah itu, serta menuduh bahwa kaum teroris Muslim lah yang melakukannya, akhirnya Amerika berhasil membuat image baru bagi dunia bahwa Islam adalah agama ekstrim. Dan dengan dalih itu juga Amerika akhirnya dapat memerangi Afganistan yang dituduh sebagai sarangnya teroris Jaringan Al-Qaidah.
Sekarang Obama mencoba menempuh cara baru dalam rangka untuk menguasai dunia. Setelah dengan cara kekerasan dan senjata yang dilakukan presiden Bush tidak ampuh dan banyak menuai kecaman, maka Obama mencoba melakukan perubahan cara, yaitu dengan kekuatan “kata-kata”.
Hal ini sangat sejalan dengan kata seorang missionaris Henry Martyn. Ia mengatakan, "Aku datang untuk menemui ummat Islam, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan tapi dengan logika, tidak dalam benci tapi dalam cinta." Ia juga pernah mengatakan bahwa Perang Salib telah gagal. Karena itu, untuk “menaklukkan” dunia Islam perlu dengan resep lain: gunakan kata, logika, dan kasih. Bukan dengan kekuatan senjata atau kekerasan.
Dalam hal ini kaum Yahudi juga telah membuktikan akan kekuatan teror "kata" dan "kasih". Begitu dahsyatnya sehingga mampu menghancurkan imperium besar (Utsmani) yang telah berusia hampir 700 tahun. Sejarah telah mencatat bahwa bagi Zionis, Turki Utsmani adalah penghalang utama mewujudkan negara Yahudi di Palestina.
Turki Utsmani sulit dihancurkan dengan senjata. Maka untuk menghancurkannya, Yahudi menempuh cara lain yaitu melalui organisasi Committee and Union Progress (CUP) yang beranggotakan para cendekiawan Turki yang telah ter-Barat-kan (westernized).
Dan dalam skenario dua peristiwa besar tadi, Yahudi paling tidak telah memakai pepatah “sekali mendayung dua, tiga pulau terlampaui”. Tidak hanya membunuh ribuan umat Islam di Palestina, mareka juga telah membunuh hati umat Islam agar menaruh harapan kepada orang Kafir. Sedangkan umat Islam tidak dibolehkan menaruh harapan apa pun kepada orang kafir. Seperti yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an:
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (QS. Ali-‘Imran: 28)
Sekarang dunia sudah dapat melihat sendiri bagaimana sebenarnya sosok Obama dan kebijakan internasionalnya yang tidak menunjukkan keberpihakan sedikitpun kepada Islam. Obama bahkan membenarkan kekhawatiran yang ada pada Israel akan adanya gangguan keamanan oleh Hamas di Jalur Gaza. Ia terbukti tidak dapat berbuat tegas terhadap aksi kebiadaban Israel yang menyerang kafilah kemanusian di Mavi Marmara. Janji-janjinya yang pernah disampaikan dalam berbagai pidato hanyalah sebagai pemanis bibir belaka. Ia ternyata lebih percaya kepada Zionis Israel daripada dunia internasional.
Dalam hal ini, umat Islam sangat diharapkan sekali untuk selalu waspada dan hati-hati kepada tipu muslihat kaum Yahudi. Karena walau bagaimanapun mereka tetap menjadikan kita sebagai musuh abadi yang ditakuti. Dan mereka selalu berusaha dengan berbagai cara untuk menghancurkan kita.Waallahu a’lam.[]
Mungkin publik internasional masih ingat dengan pidato Barack Obama di Universitas Kairo setahun yang lalu ketika melawat ke Mesir. Ia berjanji akan memperbaiki hubungan Amerika Serikat dengan Islam, dan akan berusaha menyelesaikan konflik Timur Tengah. Pidatonya sungguh mempesona, hingga akhirnya banyak yang percaya akan janji itu. Setelah pidato Obama tersebut, di Mesir sendiri banyak orang yang mengagungkan sosok Obama, salah satunya dengan dijualnya berbagai kaos bertuliskan Barack Husein Obama.
Namun sekarang tidak sedikit masyarakat Mesir dan Timur Tengah lainnya yang kecewa dengan Obama. Media terbesar ketiga di Amerika Serikat, McClatchy telah memberitakan banyak umat muslim yang kecewa dengan kebijakan internasional Amerika Serikat yang kembali seperti semula, tidak jauh berbeda dengan kebijakan Bush dulu. Diskriminasi terhadap umat Islam di Barat tetap ada, konflik Afhganistan terus berlanjut, perbaikan Irak tidak kunjung selesai, dan terakhir konflik Israel-Palestina juga tidak ada kesudahannya.
Sekarang kasus terbaru yang sekiranya sudah dapat menjadi cambuk bagi Amerika untuk menunjukkan sikap tegasnya terhadap Israel, juga tidak dapat dimanfaatkan Obama. Obama terkesan tunduk manut kepada Israel. Ia sepertinya lupa akan janji-janji manisnya dulu ketika baru diangkat menjadi Presiden, atau dalam kampanye-kampanyenya dulu.
Hassan Nafaa, profesor ilmu politik di Universitas Kairo mengatakan, “Pidatonya di Universitas Kairo sangat indah dan mengangkat harapan bahwa Amerika berada di jalur nyata untuk perubahan kebijakan. Tapi pada tataran praktik, Obama menunjukkan bahwa ia lebih lemah dari yang tampak dalam sambutannya.”
Sekarang coba kita mereview sebentar bagaimana harapan besar dari dunia internasional kepada Omaba akan sebuah perubahan. Masih terngiang-ngiang sekali di telinga kita peristiwa kebiadaban Zionis Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza. Serangan brutal selama lebih dari tiga pekan itu sudah membuat bumi Gaza seperti kota mati. Menewaskan ribuan jiwa. Belum lagi penderitaan rakyat Palestina yang sangat berat setelah perang. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai tempat tinggal lagi, terpisah dari keluarga, menderita cacat, kesulitan air bersih dan listrik, dan penderitaan lainnya.
Beberapa saat sebelum pecahnya agresi Israel ke Palestina pada tanggal 27 Desember 2008, terjadi juga kejadian yang menghebohkan seluruh penduduk dunia, yaitu krisis finansial Amerika Serikat yang sampai sekarang dampaknya masih sangat terasa. Banyak orang beranggapan bahwa krisis finansial Amerika berarti juga krisis finansial dunia. Dan terbukti, banyak negara yang terkena imbasnya, termasuk Indonesia.
Dua peristiwa besar inilah yang mewarnai akhir tahun 2008 yang lalu. Dua peristiwa itu kalau kita amati dan pikirkan dengan akal sehat, sangat bertolak-belakang. Di satu sisi terjadi krisis finansial Amerika yang begitu dahsyat. Di sisi lain terjadi pembuangan uang besar-besaran untuk anggaran perang. Sementara itu sudah menjadi rahasia umum bahwa Amerika adalah negara yang paling nomor satu berada di belakang Israel dan mendukung setiap tindakan Israel. Mungkin ini bisa menjadi catatan kritis awal kita terhadap dua peristiwa besar yang terjadi hampir bersamaan ini.
Tapi di tengah dua peristiwa besar ini, masyarakat dunia tidak lantas berputus asa dan pesimistis. Karena telah muncul seorang tokoh atau mungkin figur yang dianggap dapat menyelesaikannya, yaitu presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama. Saat awal-awal kampanye politik menjelang pemilihan Presiden Amerika Serikat, banyak kalangan yang menilai bahwa sosok inilah yang dapat dipercaya untuk membuat suatu perubahan dan perbaikan pada krisis finansial Amerika. Dan saat-saat menjelang pelantikannya sebagai Presiden Amerika, tidak sedikit orang juga yang berpendapat dan menaruh harapan kepada Obama untuk dapat menyelesaikan krisis Timur Tengah yang berkepanjangan.
Tak hanya itu, sosok Obama bahkan sudah banyak sekali menjadi inspirasi dan bahkan motivasi bagi masyarakat di berbagai penjuru dunia. Karena dengan terpilihnya ia sebagai presiden Amerika kulit hitam pertama, maka dianggap ia sudah dapat menjadikan hal sebelumnya tidak mungkin menjadi mungkin. Maka tak ayal juga jika akhirnya orang banyak yang memuja-muji sosok yang satu ini. Bak seorang pahlawan di akhir zaman. Terlebih lagi bagi sebagian masyarakat Indonesia yang merasa bangga dengan Obama, yang hanya dikarenakan ia pernah tinggal dan bersekolah di Menteng, Jakarta.
Maka sebenarnya kejadian ini semua, menurut hemat penulis hanyalah tipu muslihat Yahudi untuk menguasai dunia dan khususnya untuk menghancurkan umat Islam. Dengan kata lain, kejadian yang telah disebutkan di atas tadi adalah rekayasa kaum Yahudi belaka. Ini sangat mungkin sekali dilakukan oleh Yahudi, karena ia akan menempuh berbagai cara untuk melumpuhkan rival abadinya, Islam. Walaupun harus dengan dana yang sangat besar dan kebohongan yang sangat rapi.
Contoh lain yang dapat menguatkan pendapat ini adalah kejadian WTC beberapa tahun silam. Sudah banyak bukti yang mengatakan bahwa kejadian itu hanyalah rekayasa belaka. Dengan rekayasa Yahudi yang rela menghancurkan gedung pencakar langit yang megah itu, serta menuduh bahwa kaum teroris Muslim lah yang melakukannya, akhirnya Amerika berhasil membuat image baru bagi dunia bahwa Islam adalah agama ekstrim. Dan dengan dalih itu juga Amerika akhirnya dapat memerangi Afganistan yang dituduh sebagai sarangnya teroris Jaringan Al-Qaidah.
Sekarang Obama mencoba menempuh cara baru dalam rangka untuk menguasai dunia. Setelah dengan cara kekerasan dan senjata yang dilakukan presiden Bush tidak ampuh dan banyak menuai kecaman, maka Obama mencoba melakukan perubahan cara, yaitu dengan kekuatan “kata-kata”.
Hal ini sangat sejalan dengan kata seorang missionaris Henry Martyn. Ia mengatakan, "Aku datang untuk menemui ummat Islam, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan tapi dengan logika, tidak dalam benci tapi dalam cinta." Ia juga pernah mengatakan bahwa Perang Salib telah gagal. Karena itu, untuk “menaklukkan” dunia Islam perlu dengan resep lain: gunakan kata, logika, dan kasih. Bukan dengan kekuatan senjata atau kekerasan.
Dalam hal ini kaum Yahudi juga telah membuktikan akan kekuatan teror "kata" dan "kasih". Begitu dahsyatnya sehingga mampu menghancurkan imperium besar (Utsmani) yang telah berusia hampir 700 tahun. Sejarah telah mencatat bahwa bagi Zionis, Turki Utsmani adalah penghalang utama mewujudkan negara Yahudi di Palestina.
Turki Utsmani sulit dihancurkan dengan senjata. Maka untuk menghancurkannya, Yahudi menempuh cara lain yaitu melalui organisasi Committee and Union Progress (CUP) yang beranggotakan para cendekiawan Turki yang telah ter-Barat-kan (westernized).
Dan dalam skenario dua peristiwa besar tadi, Yahudi paling tidak telah memakai pepatah “sekali mendayung dua, tiga pulau terlampaui”. Tidak hanya membunuh ribuan umat Islam di Palestina, mareka juga telah membunuh hati umat Islam agar menaruh harapan kepada orang Kafir. Sedangkan umat Islam tidak dibolehkan menaruh harapan apa pun kepada orang kafir. Seperti yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an:
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (QS. Ali-‘Imran: 28)
Sekarang dunia sudah dapat melihat sendiri bagaimana sebenarnya sosok Obama dan kebijakan internasionalnya yang tidak menunjukkan keberpihakan sedikitpun kepada Islam. Obama bahkan membenarkan kekhawatiran yang ada pada Israel akan adanya gangguan keamanan oleh Hamas di Jalur Gaza. Ia terbukti tidak dapat berbuat tegas terhadap aksi kebiadaban Israel yang menyerang kafilah kemanusian di Mavi Marmara. Janji-janjinya yang pernah disampaikan dalam berbagai pidato hanyalah sebagai pemanis bibir belaka. Ia ternyata lebih percaya kepada Zionis Israel daripada dunia internasional.
Dalam hal ini, umat Islam sangat diharapkan sekali untuk selalu waspada dan hati-hati kepada tipu muslihat kaum Yahudi. Karena walau bagaimanapun mereka tetap menjadikan kita sebagai musuh abadi yang ditakuti. Dan mereka selalu berusaha dengan berbagai cara untuk menghancurkan kita.Waallahu a’lam.[]
Catat Ulasan